menatap wajahmu
tiba-tiba airmataku
berjujuran
entah kenapa
hatiku terguris
menatap gambarmu
aku jadi kelu
tak terucap kalimah
bungkam
menahan sebak didada
menatap tulisanmu
rupaku
berderau jantungku
berdegup gigil
seluruh tubuhku
menahan gelora
menghempas sukma
membaca mesej mu itu
lalu kutahu
siapa sebenarnya kamu
lalu akulah perindu itu
saban waktu
melukis setia
menitip tinta harapan
memintal segunung pengorbanan
lalu yang ku terima
kini adalah sisa-sisa
kehancuran yang merentap
sebuah harga diri
yang hilang entah ke mana,
lalu akulah itu
lelaki yang sering menyonsong angin...
keliru dan teraba-raba
antara siang dan malam
meneka dalam setiap kesamaran
mencari sinar pelangi
setelah hujan ribut berhenti.
No comments:
Post a Comment